We present a concept of social enterprise/social entrepreneurship based in Mollo, Timor and utilize the natural and cultural potential for economic improvement as well as the empowerment of local communities, particularly young people. Our focus includes literacy, art-culture and the creative economy. This project involves the youth community, village library as a center for arts and culture, homestay and creative economy. It is located in Jl. Kampung Baru, No. 2, Village of Taeftob, District of North Mollo, South Central Timor, East Nusa Tenggara, Indonesia 85552. Telp./Whatsapp 081338037075. E-mail: lakoat.kujawas@gmail.com.

Jumat, 15 Maret 2024

Event April 2024 di Lakoat.Kujawas


Musim panen 2024 kami hadir kembali dengan konsep makan siang "Mnahat Fe'u" perayaan kecil musim panen a la orang Mollo yang pernah kami kembangkan sebelum covid dengan konsep tur gastronomi dari kebun/hutan ke meja makan.  

Sejak tahun 2016 kami aktif mengarsip pengetahuan lokal salah satunya narasi pangan lokal Mollo.  Hasilnya, selain tur gastronomi, kami kembangkan juga jadi prototipe laboratorium pangan "Ume Fatumfaun" dan melakukan sejumlah eksperimen merespons potensi pangan lokal, salah satunya mempelajari teknik fermentasi makanan untuk menghidupi laboratorium itu. 

Setelah 8 tahun mengaktifkan ruangruang kreatif di Lakoat dan melakukan serangkaian kerja arsip/dokumentasi pengetahuan lokal, kami ingin membagi cerita dari temuan-temuan dan reproduksi pengetahuan lokal jadi jamuan makan siang menumenu musim panen dan kelas fermentasi yang kami padukan dengan workshop menulis kreatif dan tur ke pasar tradisional di Kapan. 

Narasi menjadi hal penting di Lakoat.Kujawas. Lakoat.Kujawas menjadi ruang bagi kami menarasikan sendiri budaya dan pengetahuan adat kami. 

Kamis, 11 April 2024, kami membuat "Cerita dari Fatumfaun" lokakarya yang mempertemukan tur ke pasar tradisional, belajar fermentasi dan menulis pengalaman katong bertemu dengan rasa makanan. Kegiatan ini hanya untuk 5 orang saja. 

Hari kedua, Jumat, 12 April 2024, kami membuat acara Makan Siang Musim Panen "Mnahat Fe'u". Ada sejumlah makanan pembuka hingga penutup dari hasil tanah Mollo, presentasi hasil riset terkait sistem marga, mata air dan pantangan makanan. Akan diselingi dengan diskusi dan berbagi pengalaman antar peserta. Makan siang ini hanya untuk 12 orang saja. 

Apakah bisa ikut keduanya? Bisa. Boleh.

Apakah bisa ikut salah satunya? Bisa juga. 

Apakah ada tempat menginap? Ada penginapan sederhana di rumah warga. 

Info lebih lanjut silakan WA ke 087853226602





 

Jumat, 01 Maret 2024

Kelas Fermentasi dan Mnahat Fe'u di Musim Panen 2024

Merayakan datangnya musim panen (mnahat fe'u) yang datang bersamaan dengan cuti bersama Hari Raya Nyepi, katong ajak kalian semua yang selalu penasaran dan tanya kapan bisa main ke @lakoat.kujawas. Mari su ini dia pung saat. Bisa pilih salah satunya, kelas fermentasi menyambut musim panen lakoat atau makan siang menu komplit musim panen ala mama Fun dkk. Atau bisa keduanya sekalian menginap di rumah warga dan bisa keliling Mollo. 

1. Mnahat Fe'u, Makan Siang Menyambut Musim Panen di Mollo. Dimpimpin mama Fun, kalian akan paket komplit makan siang dengan citarasa Mollo dimulai dari makanan pembuka hingga makanan penutup, sembari ngobrol santai dengan kawankawab Lakoat, pengalaman riset kampung terkait pangan lokal, konsep marga dan sistem mata air. Berlangsung hari Senin, 11 Maret 2024 jam 10-14 siang. Paket seharga 200K/orang, terbatas hanya untuk 12 orang. 

2. Kelas fermentasi 100k per orang sudah termasuk materi workshop merespons potensi buah dan sayur. Alat dan bahan, makan siang, diskusi dan sharing isu dan topik pangan dan gerakan pangan lokal. Kelas akan belangsung hari Selasa, 12 Maret 2024, dimulai jam 10-14 siang. Terbatas hanya untuk 5 orang. 

Penginapan di rumah warga 75k per malam. 

Informasi dan reservasi silakan WA ke 0878 53226602. 

#lakoatkujawas #mnahatfeu





Jumat, 05 Januari 2024

Donasi Buku dan Majalah Anak untuk Perpustakaan Lakoat.Kujawas di Mollo, Timor

 


Selamat datang di perpustakaan komunitas Lakoat.Kujawas. Kami adalah perpustakaan independent yang berlokasi di desa Taiftob, kecamatan Mollo Utara di Timor, NTT. Kurang lebih 130 km dari kota Kupang, 1000 mdpl, di pegunungan Mollo. 

Perpustakaan ini mulai aktif sejak Agustus 2016 dan telah menjangkau 4 desa di Mollo Utara, diakses oleh lebih dari 750 anak, remaja dan orang muda di 8 tahun terakhir. Kini pengunjung terbanyak adalah anak-anak SD dan rata-rata kunjungan di tahun 2023 adalah 40-an anak per bulan. Mereka menyukai buku cerita anak dan... majalah Bobo! 

Jika kalian punya koleksi buku bacaan yang bisa dibaca oleh anak-anak usia SD dan khususnya majalah Bobo (baik lama maupun baru), silakan kontak kami di whatsapp 087853226602. 

Mohon untuk sortir/seleksi barang yang hendak dikirim. Mohon mengirim HANYA buku dan majalah anak saja. Bukan buku bekas lainnya, apalagi kertas-kertas bekas. Mengingat 8 tahun terakhir mengelola perpustakaan kami sering dikirimi, maaf, sampah-sampah kertas (buku bekas, LKS bekas, diktat kuliah bekas). Pada akhirnya baran-barang tersebut menimbun dan jadi sampah. Sementara kami tidak punya cukup energi dan sumber daya untuk mengelola sampah buku dan kertas teman-teman sekalian. Mohon hal ini diperhatikan, ya? Banyak makasih. 

Salam,

Lakoat.Kujawas

Selasa, 02 Januari 2024

Toko Lakoat.Kujawas

Kami menjual beberapa merchandise yang keuntungannya kami pakai untuk kebutuhan operasional di komunitas seperti t-shirt/kaos, buku puisi, buku cerpen, buku foto, kalender 2024, totebag, dll. 


1. T-shirt ukuran dewasa dan anak. Tersedia warna hitam, putih dan hijau untuk dewasa dan warna hitam dan biru tua/old navy untuk anak-anak. Kaos dewasa seharga 150K, kaos anak seharga 100K. 




2. Tersedia kalender 2024 berisi foto dan arsip narasi Lakoat.Kujawas, seharga 75K. 




3. Tersedia totebag dengan tulisan Tapun Ma Tatef (filosofi hidup melingkar, circular connection Orang Mollo) dan tulisan "There will never be peace on stollen land" seharga 50K





4. Buku puisi Tubuhku Batu Rumahku Bulan (65K), buku cerpen Dongeng Nunuh Haumeni (75K), buku cerpen Dongeng Kap Nam To Fen (75K), buku foto dan puisi Anak di Antara Hutan, Mata Air dan Batu (100K), buku dongeng 3 bahasa--Mollo, Indonesia dan Inggris--(50K)



Harga di atas belum termasuk ongkos kirim. Cara order: kontak email atau nomor WA dengan alamat (untuk keperluan cek ongkos kirim). 

Silakan kontak lakoat.kujawas@gmail.com atau WA 087853226602. 


Penggalangan Dana Publik Untuk Program Lakoat.Kujawas Sepanjang Tahun 2024




Selamat Tahun Baru 2024. 

Komunitas Lakoat.Kujawas hadir kembali dengan semangat yang sama mengaktifkan ruang-ruang kreatif dan swadaya berbasis warga di desa Taiftob di pegunungan Mollo, Timor Tengah Selatan. 

Komunitas Lakoat.Kujawas adalah komunitas warga yang bergerak sejak tahun 2016 melakukan kerja pengarsipan dan pendokumentasian pengetahuan lokal dan mereproduksinya ke dalam beberapa program regular antara lain sekolah budaya, perpustakaan warga, kelas menulis, food lab, penerbitan buku, tur gastronomi dan pameran arsip warga. Kami bergerak secara swadaya dengan semangat warga bantu warga, untuk membangun kesadaran dan kekuatan kolektif sipil. Aktivitas dan ruang-ruang kreatif kami banyak didukung oleh warga net dan warga kampung. 

Tahun 2024 ini kami masih dengan semangat mengaktifkan:  

1. Sekolah Budaya, Skol Tamolok. Model pendidikan kontekstual kami, sekolah budaya Skol Tamolok 1x sebulan dengan mengundang 1 seniman/budayawan lokal sebagai narasumber. Kebutuhan operasional: biaya transportasi dan honor narasumber lokal, konsumsi peserta dan narsum

2. Perpustakaan Warga. Kami membuka perpustakaan warga dan kelas menulis untuk anak secara regular 2x seminggu. Kebutuhan operasional: belanja buku bacaan anak, langganan majalah Bobo, berlangganan internet dan listrik, tabungan koperasi bagi orang muda kampung yang magang sebagai pengelola perpustakaan dan kelas menulis. 

3. Ekperimen di Foodlab Ume Fatumfaun. Melakukan eksperimen di foodlab bersama anak dan orang muda 2x sebulan. Kebutuhan operasional: pembelian alat dan bahan untuk eksperimen merespons potensi pertanian dan pangan lokal. 

4. Makanan Lokal Sehat Untuk Semua. Kami membagi makanan sehat dari pangan lokal kepada lebih dari 80 anak di foodlab Ume Fatumfaun 2x sebulan. Biaya operasional: pemberian makanan tambahan dari bahan pangan lokal untuk anak-anak yang mengakses perpustakaan. tabuangan koperasi bagi para mama dan orang muda yang memasak pangan lokal untuk dibagikan gratis ke anak-anak. 

5. Residensi Seni Apinat-Aklahat. Kami menyelenggarakan residensi bagi seniman dan peneliti sebanyak 4 orang (terdiri dari fotografer, videografer, filmmaker, seniman teater dan aktivis pangan lokal). Periode residensi adalah Januari - April 2024. Kebutuhan operasional: konsumsi seniman/peneliti, transportasi lokal seniman/peneliti, biaya lokakarya dan training bersama warga lokal. 

6. Unit Usaha Sosial. Mengaktifkan unit usaha sosial kami yang terintegrasi dengan foodlab Ume Fatumfaun, yakni model tur gastronomi, kelas-kelas pangan lokal dsb. Biaya operasional: mengadakan beberapa alat seperti alat pengering buah dan sayur, freezer untuk menaruh produk beku dan alat/mesin pembuat kopi sederhana. Mengadakan kasur, bantal dan perkap untuk kamar residensi yang baru saja kami bangun yang bisa dipakai oleh para tamu residen di lakoat.kujawas. 

7. Riset Warga. Riset pangan dan pengetahuan lokal. Riset partisipatif warga Mollo dan seniman/peneliti tamu sepanjang tahun 2024 yang hasilnya akan dibukukan dan dibuat pameran/pertunjukan seni warga di tingkat komunitas, kampung dan luar Mollo. Kebutuhan operasional: riset kampung, penerbitan buku dan zine, transportasi dan konsumsi selama periode riset. Reproduksi karya dari hasil riset. 

8. Presentasi Publik. Presentasi publik, festival musim tanam, festival musim panen dan pameran arsip warga, yang akan dilakukan di bulan Mei, Agustus dan Oktober 2024. 

9. Beasiswa dan Koperasi Pendidikan. Ada sejumlah pelajar SMA dan orang muda desa yang magang di komunitas kami. Tabungan pendidikan dan kesehatan bisa dipakai untuk membayar SPP di sekolah maupun UKT untuk beberapa kader kami yang sedang kuliah di Universitas Terbuka.  

10. Penerbitan Buku. Sebagai komunitas yang aktif melakukan riset dan kajian budaya Mollo, mengarsip dan mendokumentasikan pengetahuan lokal, kami sedang mengerjakan sebuah proyek penerbitan buku kumpulan resep dan cerita di baliknya. 

Untuk mewujudkan 10 poin di atas, kami membutuhkan dana kurang lebih Rp. 75.000.000,00 (TUJUH PULUH LIMA JUTA RUPIAH). Kalian bisa mengecek proposal lengkapnya di sini. 

Donasi dan dukungan kalian akan sangat membantu terselenggaranya program swadaya kami sepanjang tahun 2024. Catatan: kami berupaya untuk tidak terhubung dengan donor/sponsor dari partai politik, industri ekstraktif dan rokok. 

Informasi dan dukungan silakan kontak email kami lakoat.kujawas@gmail.com.

 Terima kasih. 


Baca Juga: Residensi Apinat-Aklahat 2024 

Residensi Apinat-Aklahat 2024




Selamat datang di program Residensi Apinat-Aklahat di komunitas Lakoat.Kujawas. Nama Apinat-Aklahat artinya yang menyala dan bercahaya. Program ini seperti api, matahari, bintang, lilin, pelita, kunang-kunang atau apapun yang menyala dan bercahaya, untuk berbuat sesuatu yang bisa menyala dan bercahaya. Bisa memberi terang bagi kehidupan di Mollo, bisa memberi cahaya bagi kehidupan di luar Mollo. 

Komunitas Lakoat.Kujawas adalah komunitas warga yang bergerak sejak tahun 2016 melakukan kerja pengarsipan dan pendokumentasian pengetahuan lokal dan mereproduksinya ke dalam beberapa program regular antara lain sekolah budaya, perpustakaan warga, kelas menulis, food lab, penerbitan buku, tur gastronomi dan pameran arsip warga. Kami bergerak secara swadaya dengan semangat warga bantu warga, untuk membangun kesadaran dan kekuatan kolektif sipil. Aktivitas dan ruang-ruang kreatif kami banyak didukung oleh warga net dan warga kampung. 

 

Program ini diselenggarakan dan dikelola secara swadaya oleh warga aktif Desa Taiftob yang bergiat di komunitas Lakoat.Kujawas. Maka seperti belasan residensi yang sudah pernah terjadi, Apinat-Aklahat adalah bentuk kolaborasi antara seniman dan peneliti yang datang dengan biaya sendiri, didukung oleh akomodasi oleh warga desa Taiftobuntuk sebuah kerja kolaborasi yang berguna bagi kedua belah pihak dan kehidupan secara universal. Yang akan menjadi pengetahuan yang bisa diakses oleh publik yang lebih luas. 

 

Kami membayangkan Apinat-Aklahat adalah bentuk kolaborasi dan dialog yang setara dan saling melengkapi pengetahuan dan pengalaman antara seniman/peneliti tamu, dengan warga lokal (pegiat komunitas Lakoat.Kujawas, seniman dan budayawan di Mollo), untuk mewujudkan visi dan tema yang dibangun Lakoat.Kujawas yang mungkin sejalan dengan visi dan tema yang sedang dikerjakan oleh seniman/peneliti tamu. 

 

Tahun 2024 ini kami fokus ke isu pangan lokal, literasi/sastra, seni budaya dan lingkungan, termasuk di dalamnya mereproduksi ulang pengetahuan lokal yang sudah dikumpulkan/diarsipkan sejauh ini lewat berbagai medium/wahana antara lain fotografi, videografi, film dan teater. Kami ingin merespons berbagai hal yang 8 tahun terakhir kami dokumentasikan lewat program regular kami di perpustakaan, kelas menulis kreatif, penerbitan buku, foodlab, sekolah budaya dan pameran arsip warga. 

 

Untuk itu, sepanjang periode Januari - April 2024, kami memberi kesempatan bagi 1 orang videografer/filmaker, 1 orang fotografer, 1 orang aktivis pangan, 1 orang ilustrator dan 1 orang seniman teater untuk datang dan tinggal bersama kami selama 7 -12 hari. 

 

Adapun transportasi dari tempat tinggal seniman/peneliti ke Mollo ditanggung oleh yang bersangkutan. Komunitas Lakoat.Kujawas dan warga desa Taiftob berkontribusi untuk menanggung akomodasi (tempat tinggal dan konsumsi) selama tinggal di komunitas kami, termasuk juga transportasi lokal selama residensi. Kami terbuka jika seniman/peneliti datang dengan sponsor/donor dari pihak lain. Sejauh sponsornya bukan partai politik, tambang dan rokok, kami oke-oke saja, hehe. 

 

Silakan kirim profil, CV atau portofolio kalian dan ide apa yang ingin kalian kerjakan bersama kami. Kami sangat terbuka untuk membangun diskusi ide dan gagasan bersama untuk residensi ini. Kami juga akan menyeleksi portofolio dan ide yang kiranya sejalan dengan visi Lakoat. Karena periode Januari - April ini hanya terbatas untuk 5 seniman/peneliti, maka kandidat lain yang potensial akan tetap diupayakan untuk diatur residensinya setelah April 2024. 


Kalian juga bisa terlibat sebagai donatur/sponsor untuk mendukung residensi ini. 

 

Jika ada pertanyaan lain atau ingin berdonasi, silakan bersurat ke lakoat.kujawas@gmail.com

 

Salam hormat

Lakoat.Kujawas



Baca Juga: Penggalangan Dana Publik untuk Operasional Lakoat.Kujawas 2024





Minggu, 17 September 2023

Surat-Surat dari Mollo - Festival Kampung Katong 5-7 Oktober 2023

Pameran Arsip Festival Kampung Katong

Kalobaorasi Kolektif Videoge (Labuan Bajo), SimpaSio Institute (Larantuka) dan Komunitas Lakoat.Kujawas (Mollo), didukung RMI (Bogor) dan Voice Indonesia. 


Sajak Surat dan Gambar

Konsep: terinspirasi dari bendera suku-suku bangsa aborigin di Australia

Bahan: kain chiffon


  1. Poster kain Surat-Surat dari Mollo


Surat-Surat dari Mollo adalah sekumpulan narasi yang mempertemukan sastra, ekologi, gastronomi dan arsitektur di desa Taiftob, Mollo, di Timor Tengah Selatan. Surat-Surat dari Mollo memberi cara pandang baru generasi muda Mollo hari ini melihat kampung halaman beserta potensi dan tantangannya. 

Karya ini dikerjakan selama 2 tahun lewat proses riset partisipatif, sekolah budaya Skol Tamolok, eksperimen di food lab Ume Fatumfaun dan sejumlah lokakarya di kelas menulis kreatif Li’an Kuan. 

Ide desainnya adalah surat, semacam surat cinta atau curhat bahkan protes kita untuk sesuatu yang sudah, sedang dan akan terjadi di kampung halaman kita. 


  1. Poster kain berisi penggalan-penggalan surat

Ini adalah cara kecil generasi Mollo hari ini belajar melihat kembali realita perjuangan generasi-generasi sebelumnya dalam mempertahankan identitas dan tanah airnya.

Kami mengundang para mama pejuang lingkungan dari beberapa desa di Mollo yang pada dekade 2000-an terlibat dalam aksi tolak tambang marmer di Mollo. Selama 3 bulan mereka meninggalkan rumah dan keluarga, kebun dan ternak untuk turun berjuang ke kantor-kantor pemerintahan daerah. Mereka berjuang lewat jalan kebudayaan--menghidupkan narasi tenun adalah salah satunya. Hal yang kami rasa masih akan terus relevan hingga kapan pun yakni dengan terus menggaungkan narasi sejarah dan budaya orang Mollo sebagai cara untuk membangun kesadaran, cara untuk melawan dan bertahan. 


  1. Poster kain Tapun Ma Tatef. 

Dalam perjalanan riset dan kerja-kerja pengarsipan pengetahuan lokal, kami menemukan beberapa semangat yang mengikat kolektif warga, semangat yang membuat orang bergotong-royong untuk melakukan sesuatu. Kami rasa inilah ciri khas masyarakat adat: semangat solidaritas, kerja kolektif, gotong royong, manekat. 

Tapun Ma Tatef artinya melingkar dan tidak putus. Semangat ini bisa tergambar dari ekosistem dan ruang hidup orang-orang Mollo yang saling terhubung dengan sesama manusia, margasatwa/hewan, leluhur, tanah, mata air, hutan, tanaman dan benda-benda langit.

Misalnya, pola pemukiman yang melingkari batu, rumah adat dan mata air. Bentuk rumah (uem bubu) yang bulat. Aktivitas menari bonet yang melingkar. Aktivitas panen yang melingkari kebun. Membicarakan kearifan lokal dan hukum adat yang juga melingkari tungku dan altar pemujaan. 

Ekosistem ini kami gambarkan lewat beberapa wujud marga (malak), tiang pemujaan, hewan-hewan, simbol mata air, dst. 


  1. Siapa Orang Mollo Itu? (gambar: orang berkuda dekat situs batu Nausus dan foto dua bapak yang berdiri dan bertolak belakang)


Orang Mollo adalah bagian dari etnis Atoin Meto, salah satu etnis besar yang mendiami pulau Timor bagian barat. Orang Mollo tinggal di pegunungan, di sekitar gunung Mutis, gunung tertinggi di Timor Barat. 

Ada beberapa hal menarik tentang orang Mollo:

- Marga orang Mollo sangat terkait dengan batu, air, hutan dan tanaman. 

- Ada dongeng atau cerita rakyat yang berkembang bahwa nenek moyang kami adalah batu-batu yang berjalan dari arah timur menuju ke barat, termasuk batu Nausus di belakang gambar orang berkuda ini. Batu yang sempat ditambang dan mendapat perlawanan warga karena batu ini milik beberapa marga. 

- Wilayah Mollo mulai diduduki Belanda sekitar tahun 1910 (35 tahun sebelum Indonesia merdeka). Kolonialisme datang dan membangun jalan raya, memindahkan penduduk yang tadinya tinggal melingkari hutan, mata air dan batu, berpindah ke sepanjang ruas jalan yang dibangun Belanda, supaya mudah dikontrol. Di masa kolonial, banyak rumah adat di bakar, orang-orang dibaptis dan mulai meninggalkan praktik hidup dan pengetahuan yang dekat dengan alam dan leluhur berganti ke tatacara hidup sebagai orang Kristen. Puncaknya di masa Orde Baru, masyarakat adat Mollo harus memilih 1 dari 5 negara yang diakui negara, harus berbahasa Indonesia, harus makan nasi dan punya rumah tembok biar sejahtera, dst. 


  1. Perempuan Mollo (gambar mama di pasar dan gambar mama lodia pejuang lingkungan).


Peradaban orang Mollo adalah tentang tugas merawat, memangku, melindungi dan menyusui baik manusia maupun alam semesta, yang semuanya adalah sifat-sifat feminin, dekat dengan posisi dan peran perempuan. 

Ada banyak istilah untuk melukiskan itu. Misalnya, Feotnai dan Bife Ainaf. Keduanya berarti perempuan besar/agung dan ibu. Secara politik dan kebudayaan, keduanya memiliki peran besar dalam kepemimpinan dan tata kelola. Dari urusan adat, ulayat dan sosial kemasyarakatan hingga manajemen pangan di lumbung ditangani langsung oleh Feotnai dan Bife Ainaf. 

Maka ketika alam dan kebudayaan Mollo diganggu, para perempuan Mollo yang akan berdiri di barisan depan perlawanan. Ratusan perempuan Mollo pernah memimpin demo tolak tambang di kantor bupati atau melawan dengan cara menenun di lokasi tambang sebagai bentuk protes karena alam dirusak. 

Ini adalah mama Lodia, salah satu dari ratusan mama yang tahun 2006 turun ke lokasi tambang selama berbulan-bulan, berhadapan langsung dengan aparat dan preman bayaran. Mereka mengalami banyak trauma dan kekerasan. Mereka berkorban untuk alam yang lestari, untuk kehidupan kita semua. 


  1. Tato dan Relasi dengan Alam (gambar tangan perempuan bertato). 

Selain menenun untuk menuliskan pemikiran tentang ekologi, batas tanah, identitas marga, narasi tentang mata air, leluhur dst, orang Mollo juga menulis narasi-narasi itu di tubuh mereka lewat seni tato. Orang Mollo sadar, sebagai masyarakat bertutur, ingatan mereka pendek, namun dengan menenun dan tato, mereka bisa memperpanjang ingatan tentang identitas mereka. 

Tato dalam gambar adalah motif kabiti, atau kalajengking. Narasi tentang kabiti juga muncul dalam motif kain tenun orang-orang di Sbot, salah satu kampung di Mollo. Kami menemukan narasi menarik tentang kabiti/kalajengking yang menyimbolkan tanah. Sebagaimana kalajengking hidup di tanah, narasi tentang kabiti adalah kesadaran akan akan ruang hidup, tanah ulayat, batas tanah dan warisan. Ia juga bicara tentang roh/penguasa tanah--uis pah dan para leluhur yang telah berpulang. 


  1. Ritual panen jagung (gambar: budayawan sedang memimpin ritual panen jagung). 

saat musim panen jagung orang Mollo biasanya akan melakukan sebuah ritual penting. Pemimpin ritual akan masuk ke titik tengah kebun, memilih satu dua rumpun jagung terbaik lalu mengikatnya menjadi satu. Tutur adat akan dilakukan, semacam doa syukur kepada leluhur dan penguasa tanah (uis pah) yang sudah memberkati dan melindungi tanaman pangan hingga masuk masa panen. Uang koin akan disisipkan di tengah ikatan sebelum tutur adat dilakukan. Setelah proses tutur selesai, jagung bisa dipanen dimulai dari lingkar terluar kebun menuju ke titik tengah. Jagung yang diikat di bagian tengah kebun akan dipanen terakhir dan akan menjadi semacam roh bagi seluruh jagung. Ia akan disimpan di bagian tertentu di dalam lumbung/rumah adat. Dulu, jagung yang dipanen tidak dibuang sembarangan, melainkan disimpan dengan sangat baik di dalam bakul dan wadah sejenisnya. 


8. Kekayaan sumber karbohidrat selain nasi. (gambar: aneka ubi-ubi hutan dan aneka jenis jagung lokal). 


Salah satu yang unik dan menarik dari kebudayaan pangan orang-orang Mollo adalah kesadaran merespons musim dan kekayaan biodiversitas (kekayaan hasil alam). Meski pulau timor itu dikenal sebagai pulau kering (meto), tempat manusia dari tanah kering (atoin meto) tinggal, namun alam menyediakan begitu banyak sumber pangan yang cocok dengan wilayah kering. Sebut saja jagung, sorghum, umbi dan kacang. 

Bicara tentang makanan dan musim, juga sangat menarik. Tiap bulan kalau kita melihat ke pasar-pasar tradisional di Mollo atau ke dapur-dapur warga, apa yang disantap dan disajikan di meja makan selalu merespons musim. dan itu selalu berbeda-beda. Artinya bahwa sejatinya tanah kita kaya dan sangat beragam sumber pangannya. Namun jika kita hanya perkecil ke standar sejahtera kalau makan nasi, ya, sampai kapan pun Mollo akan selalu masuk dalam kategori miskin sebab tanaman pangan orang Mollo adalah umbi, kacang, biji-bijian dan jagung. 


9. Hutan sebagai sumber pangan (gambar jamur hutan, rebung dan sayuran musim kemarau - pucuk beringin dan kacang koto). 


Selain berkebun, orang Mollo merawat dan menjaga hutan sebab di sanalah sumber pangan tersedia. Namun ketika akses ke hutan adat/ulayat berpindah status menjadi hutan lindung, hutan negara yang dikelola kementerian kehutanan, akses dan budaya mengambil makanan ke hutan semakin berkurang bahkan hilang. Relasi manusia Mollo dengan hutan pun hilang. 

Dalam riset kecil, kami menemukan bagaimana relasi antara hutan, keragaman bahan pangan dan bahasa orang Mollo. Bagaimana banyak kosakata, frasa, idiom, terkait dengan isi hutan dan tanaman pangan. Ketika akses ke hutan hilang, ketika kebiasaan makan makanan dari hutan hilang, ketika budaya menanam benih-benih lokal hilang sebenarnya kita sedang kehilangan banyak kosakata dalam bahasa. 

Hari ini makana kita semakin seragam. Kita tidak lagi mengenal aneka sayur musiman dari hutan melainkan hanya mengenal sayuran yang seragam (kangkung, bayam, sawi) yang tumbuh sepanjang tahun. 





II.  Meja Arsip dan Workshop



Konsep: terinspirasi dari meja diskusi di kelas menulis maupun skol tamolok-sekolah budaya di komunitas lakoat.kujawas, sebagai ruang pertukaran ide dan pengetahuan. Arsip-arsip ditaruh di atas piring-piring makan sebagai simbol bahwa arsip penting bagi kehidupan seperti halnya makanan. Meja makanan sebagai tempat menaruh makanan sekaligus menaruh ilmu pengetahuan lokal dan pengalaman. Peristiwa duduk makan bersama bisa juga dipakai sebagai ruang untuk menulis ide dan pemikiran tentang isu apapun di kampung. 


Bahan: meja panjang yang bisa memuat 10-12 orang. Arsip-arsip komunitas seperti buku, peta jelajah, kartupos, benih, makanan preservasi, dan produk komunitas. 


Aktivitas: Di meja ini juga akan terjadi workshop kecil menulis pengalaman dan cara pandang kita terhadap kampung, bisa dengan pendekatan menulis surat untuk subyek atau obyek tertentu. Hasilnya tulisan itu ditaruh di atas piring-piring makan sebagai simbol dari upaya merawat ke

hidupan dan upaya berbagi cerita dan pengalaman, seperti halnya membagi isi piring makan. 


Pertanyaan penuntun:

  • Apa sih yang paling kalian ingat dan paling kalian rindukan dari kampung halaman kalian? Bisa berupa pengalaman hidup, nilai, makanan, aktivitas, tradisi, dll. 

  • Apa yang berubah atau hilang dari kisah kalian tentang kampung halaman itu? Mengapa? 

  • Kalau ada hal yang perlu dihilangkan dan diubah dari kampung halaman kalian, kira-kira apa saja? Dan Mengapa harus diubah/dihilangkan?

  • Apa yang menjadi impian dan harapan kalian untuk kampung halaman kalian? 


Barang-barang yang ada di atas meja arsip atau di dalam piring makan. 



  1. Benih-benih lokal (jagung, ubi hutan, kacang, sorgum). 

  2. Piring atau peralatan makan (piring blek atau tempurung, menggambarkan sesuatu dari masa lalu yang masih relevan dan penting di kehidupan kita hari ini).

  3. Buku Surat-Surat dari Mollo, sebagai salah satu dokumentasi terbaru yang dikerjakan oleh kawan-kawan Lakoat.Kujawas secara kolektif sepanjang program Kampung Katong. Buku ini mencoba mengungkapkan narasi saling silang antara makanan dengan identitas, ruang hidup, politik, dsb. 

  4. Buku Dongeng dari Kap Nam, Berawal Dari Tanda Salib di Rumah Sang Klerek, Dongeng dari Nunuh Haumeni, Tubuhku Batu, Rumahku Bulan, Anak di Antara Hutan, Mata Air dan Batu. 

  5. Zine dan Booklet. Berisi 3 buah zine (zine Merdeka Pangan, Ruang Hidup dan Foodlab) dan 1 booklet terkait Skol Tamolol. Karya-karya ini berisi opini dan pemikiran juga pengalaman kawan-kawan di Lakoat dalam proses mengarsip pengetahuan lokal di kampung dan dalam proses membangun ruang-ruang kreatif untuk publik khususnya bagi kelompok anak, orang muda dan perempuan di desa. 

  6. Peta Jelajah Tur Gastronomi Mnahat Fe’u. Merespons musim panen di pegunungan Mollo dan hubungan antara ekologi, budaya pangan, sistem pangan dan kerja-kerja arsip yang dilakukan di Lakoat, kami merancang model tur kecil ini bukan saja untuk menikmati makanan lokal, namun kami ajak untuk menelusuri kampung dan ruang hidup sumber pangan berasal, mengajak tamu ikut panen di kebun atau berburu jamur liar. Mengajak tamu memasak bersama di foodlab lalu makan bersama. Mengajak tamu juga untuk terlibat dalam kerja-kerja arsip, dokumentasi, riset, lokakarya baik terkait sastra, maupun gastronomi dan seni budaya yang dilakukan di komunitas. 

  7. Skol Tamolok dan Identitas Marga. Menceritakan narasi-narasi yang tergambar dari kartu pos marga-marga yang ada di Desa Taiftob, antara lain marga Toto, Tanesib, Banfatin dan Tapatab. Apa yang menjadi tanda dan simbol bagi marga mereka, apa yang menjadi kebiasaan maupun pemali dari marga-marga ini. Simbol-simbol ini adalah hasil reproduksi pengetahuan lokal yang dikerjakan oleh anak dan orang muda di komunitas. Bagaimana pengetahuan lokal dan identitas marga dimaknai oleh generasi muda dengan cara mereka hari ini. 

  8. Brosur profil singkat lakoat.kujawas, mengajak peserta untuk melihat lebih dekat kerja-kerja komunitas Lakoat.Kujawas bukan saja selama 2 tahun Kampung Katong, melainkan juga se;ama 7 tahun berdiri. 





III. LED SCREEN: DOKUMENTASI VIDEO 


  1. Video refleksi komunitas Lakoat.Kujawas selama program Kampung Katong.

  2. Video musikalisasi 3 puisi dari buku Tubuhku Batu, Rumahku Bulan

  3. Video ritual panen jagung bersama keluarga om Tinus Tapatab




IV. MERCHANDISE 



Berikut adalah produk-produk komunitas yang dijual selama pameran arsip Kampung Katong di Labuan Bajo.


  1. Kaos Lakoat.Kujawas warna hitam (tersedia ukuran S, M dan L)

  2. Kaos Lakoat.Kujawas warna putih (tersedia ukuran S, M dan L)

  3. Kaos Tapun ma Tatef warna putih dan hitam (tersedia S, M dan L)

  4. Kaos Lakoat.Kujawas warna hijau muda (tersedia ukuran S, M dan L). 

  5. Tote bag Lakoat.Kujawas di kain blacu putih

  6. Tote Bag There is no peace in stolen land

  7. Tote bag Tapun ma Tatef 

  8. Kalender 2024

  9. Sambal Luat

  10. Kopi Mollo

  11. Kerupuk

  12. Rebung Asin

  13. Rebung Kering